PEMBANGUNAN DI ACEH PASCA TSUNAMI

PEMBANGUNAN DI ACEH PASCA TSUNAMI 

 Setelah 8 tahun kejadian bencana gempa dan tsunami di Aceh perbaikan demi perbaikan di bidang pembangunan sudah mulai membaik. Meski pun hanya sebagian kecil daerah imbas dari tsunami masih dapat dihitung dalam jumlah kecil. Demikian ditegaskan Asisten II Pemerintah Aceh Biro Keistimewaan, Ekonomi dan Pembangunan Setda Aceh, Ir. H. T. Said Mustafa kepada Rakyat Aceh, Rabu (26/12) di ruang kerjanya.
Menurutnya, masyarakat sudah mulai merasakan pembangunan pasca 8 tahun tsunami, terutama masyarkat yang tinggal di pesisir dampak tsunami.Meskipun tidak 100 persen masyarakat dalam memandang pembangunan yang dibangun pemerintah dibantu NGO, maupun Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR).
"Kalau kita lihat pembangunan di Aceh pasca tsunami sudah mulai berkembang dan maju, bila dibandingkan sebelum tsunami. Hanya saja masyarakat yang tidak senang terhadap pembangunan, yang memiliki pandangan bagi masyarakat yang belum tersentuh," ujarnya.
Tentu katanya, bagi masyarakat yang belum tersentu, untuk dapat bersabar dan ini juga merupakan program pemerintah baru dibawah kepemimpinan dr. H. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (zikir) untuk terus membangun Aceh kedepan lebih baik.
"Bakan, infrastur sudah membaik dan investasi sudah memadai. Dan listrik sebelumnya sering hidup mati ini bisa dikurangi dan akan terus di antisipasi,"jelasnya.
Selain itu katanya, angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh masih belum dilakukan semaksimal. Namun, angka tersebut jauh lebih baik untuk menjadi prioritas pemerintah. Dengan demikian, kemiskinan dan pengangguran pemrintah berusaha untuk menguranginya.
"Dan ini juga termasuk 10 program pemrintah Aceh. Kemiskinan dan pengangguran di Aceh masih terjadi. Namanya saja pekerjaan, pekerjaan itu tidak akan berakhir sampai kapan pun. Kalau semuanya sudah berakhir tidak perlu bekerja lagi,"imbuhnya.
Ia mengatakan, spisikologis masyarakat yang tinggal rawan tsunami juga sudah bisa mencari nafkah, pengetahuan tsunami bagi masyarakat perlu dikenang dan di waspadai, terutama masyarakat yang tinggal dikawasan pesisir."Semoga semua pihak, elemen masyarakat dan media dapat memberdayakan masyarakat memiliki persepsi sama, untuk mengurangi resiko bencana. Memberikan masukan dari masyarakat informasi yang produktif,"paparnya.
Ditambahkannya, kawasan kenak tsunami di Aceh sangat baik pembangunannya di bandingkan dengan provinsi lain. Meski pun, ukuran belum bisa diukur karena masih mengejar dari ketinggian SDM yang masih di bawah nasional. Keamanan dan perdamaian akan tetap terjaga demi mengejar masa depan Aceh yang lebih baik.
"Dulunya kita masyarakat Aceh kan juga lama hidup masa konflik, banyak bangunan yang hancur dan porak-poranda," ujarnya.
Sementara itu, Zulfa Hedra (30) warga Gampong Cot Paya, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar menyatakan, di Aceh sudah banyak perubahan pasca 8 tahun tsunami. Bantuan dari NGO asing banyak membantu Aceh. Masyarakat dipesisir kawasan tsunami juga sudah merasakan pembangunan tersebut.
Menurutnya, hanya ada beberapa persen infrstutur masyarakat yang belum terselesaikan. Bahkan katanya, ada jalan di Gampong-gampong di bagian Barat yang belum tersentuh pembangunan. "Semoga kedepan pembangunan lebih transparan dan terarah,"harapnya.
Selain itu, Darfid (50) warga Gampong Lam Hasan, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar mengakui terjadi pembangunan luar biasa pasca tsunami. Banyak bangunan dan perhotelan yang tidak pernah di lihat sebelum tsunami. Kantor-kantor dan taman-taman perkotaan juga terlihat sudah mulai di bangun."Seperti jembatan Peunayong dan jembatan pante pirak begitu bagus pasca tsunami. Kalau saya melihat lebih bagus pembangunan pasca tsunami,"ungkapnya.
Terkait hal ini, Kepala Kantor Advokasi dan Konsultasi HaKI, Teuku Eddy Faisal Rusydi, S. HI, M. Sc mengatakan, pasca 8 tahun tsunami sudah terjadi perubahan yang signifikan di bidang pembangunan. Meski, hanya dalam hitungan jari yang masih tinggal di barak pengungsian. Selain pembangunan, penegakan hukum oleh instansi terkait, politik, keamanan, social sudah ada peningkatan. Dan masyarakat sudah mulai berani untuk menyampaikan pendapat yang di aplikasikan.
Dikatakanya, di Aceh hampir di kota-kota besar dapat dilihat di warung, café masih yang masih buka hingga jam 2 malam. Bahkan, masyarakat pedalaman sudah bisa menjalankan ibadah agama dengan tenang. Masyarakat tidak tertekan lagi pisikologis seperti masa konflik di Aceh.
"Ini merupakan bukti bahwa masyarakat sudah dapat menghirup udara segar pasca tsunami maupun pasca konflik di Aceh,"jelas Eddy.Ia berharap, kedepan pemerintah untuk terus menegakkan hukum dibidang HaKI yang selama ini belum maksimal. Sehingga berdampak pada kesejahteraan ekonomi masyarakat kelas bawah. (adi)
Referensi: SAPA

Pendapat:
Menurut pendapat saya, saat suatu daerah mengalami bencana maka masyrakat harusnya tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Masyarakat yang lain juga baiknya berinisiatif memberikn bantuan pada daerah yang terkena bencana, dengan begitu pembangunan daera tersebut akan lebih cepat selesai. Jika melihat banyak warga yang membantu membenahi pembaguna daerah tersebut tidak pula Pemerintah menjadi lambat dan bermalas-malasan. jadi menurut saya pada kesimpulannya pembangun daerah akan berjalan maksimal jika masyarakat dan pemerintah mau bekerja sama membenahi daerah dengan kemampuan dan tugasnya masing-masing. 

0 komentar:

Posting Komentar